Mengenalmu Tanpa Bersua
Pada hari itu, tergesa-gesa menuju ruangan kelas. Agar tak terlambat masuk ruangan, kabarnya Dosen kali ini galak. Ah bukan karena itu, kita memanglah harus disiplin. Masuk kelas dan menunggu beberapa menit sambil bersiap dengan buku catatan sang Dosen pun tiba dalam kelas. Proses Mata Kuliah berlangsung dengan awal pertemuan dan jamuan memperkenalkan diri masing-masing. Menggilas waktu hampir usai pembelajaran hari ini.
Semua dalam ruangan kelas sontak memerhatikan dosen yang mengeluarkan sebuah buku antologi dari beberapa penulis. Katanya "Kalian haruslah bangga, kalo bisa harus bisa menulis seperti kawan-kawan kalian yang berada di Kampus ibu kota". Pernyataannya mengundang perhatian lebih dariku. Dalam hati gumamku, kenapa harus membandingkan begitu, apakah karena Kampus tempatku melanjutkan studi jauh dari ibukota? Wajar saja jika begitu, kan kampusku tidak terlalu dikenal. W-a-j-a-r.
Entah kenapa aku merasa penasaran dengan buku yang digenggamnya. Bagaimana isinya, serasa menggebu dan aku mencoba meminjam buku itu. Selesai berbicara menerangkan proses buku itu, aku mengangkat tangan, semua mata tertuju padaku takzim. Menelan ludah karena keadaan "Pak, bolehkah saya meminjam buku itu?". berharap sekali akan diberikan, malah yang ku dengar darinya "Hanya orang bodoh yang mau meminjam buku". Hatiku terasa diluluhlantakkan akan harapan yang dibalas dengan kata-kata yang kudengar. "Lebih bodoh lagi orang yang meminjamkan buku" sambungan dari perkataannya yang sempat berjeda. Ah semua dalam ruangan sontak mengerutkan kening begitu membingungkan pernyataanya. Kemudia Beliau bercerita kembali kenapa berkata begitu, karena buku-buku yang sering Beliau pinjamkan ke mahasiswanya begitu banyak dan hanya sedikit yang kembali lagi padanya. Entah itu lupa, hilang, bahkan malas mngembalikan. Entah.
Semakin menipisnya waktu, aku mencoba mendesak Beliau agar kiranya tetap diberi pinjam buku tersebut. Dengan memelas dan segala bentuk rayuan yang kucoba akhirnya membuahkan hasil, beliau memberi pinjam dengan ketentuan harus dikembalikan di pertemuan selanjutnya. Ya aku berhasil. Sebuah Buku dengan judul "The Moments"
![]() |
The Moments (kanan) |
Buku yang kudapat kusimpan dalam tas, tak seorangpun boleh membacanya meski banyak teman yang meronta meminjamnya dariku. Masih ada mata kuliah selanjutnya, terasa lama, inginku lekas pulang dan membacanya dirumah. Waktu berlalu, tiba saatnya pulang. Sampai dirumah, ternyata masih banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan hingga memupuk penasaran semakin tumbuh.
Setelah Sholat Magrib barulah terbalaskan, saatnya membaca buku, Lembar pertama kubaca, dengan judul "Firasat" penulisnya seorang perempuan cantik dengan kisahnya. Ya kisahnya dengan seorang laki-laki yang mungkin kekasihnya pikirku. Lembar demi lembar membawaku pada titik terakhir tulisannya. Hingga kutemukan Biografi penulisnya. Dalam buku itu banyak sekali judul dari kisah-kisah penulis yang dilengkapi dengan biografi penulis. Hanya tentangmu yang kuingat dari sekian banyak penulis didalamnya.
Ku ambil Hp-ku dan menekan tombol untuk menuliskan nomor teleponmu yang ada di biografimu. Panggilan masuk berhasil, tapi tidak diangkat. Boleh jadi kamu sibuk. Ku kirim saja pesan singkat mana tau nanti berbalas. Akun Fbmu ku add dan semoga itu bisa dikonfirmasi olehmu. Mengerjakan tugas kuliah tiba-tiba HP-ku bergetar pertanda pesan masuk. Yey sms-ku berbalas. Awal perkenalan "aku dan kamu" dimulai. di umur 21. Perkenalan yang kuanggap sekaligus pertemuan yang menggantung dalam harapan. Berjauhan, beda kota, kita belum bersua, berjarak . J-a-r-a-k.
Saat kita begitu mulai akrab, aku sebatas penggemar goresan jemarimu. Media sosial fb yang telah dikonfirmasi olehmu. Saat pulang kuliah aku lebih sering mampir ke warnet sekedar mengaktifkan media sosial yang berharap kamu juga online. Tak ada keberanian mengajakmu chat bersama dari pesan singkat aku hanya menunggu waktu yang tepat kita sama-sama online. Saat penasaranku semakin akut, aku sering singgah dan menyelidiki fbmu. Intelijen amatir kala it.
Dan pada akhirnya aku tahu kamu sudah punya kekasih dengan status tuilisan mengenai laki hingga uplod foto seorang lelaki di berandamu. Aku mulai menarik diri, menekan hasratku untuk lebih jauh mengenalmu karena aku takut, hubungan aku dan kamu hanya sebatas pembaca dan penulis diartikan lain oleh lelakimu, dan nantinya jadi boomerang penyebab pertengkaran kalian karena cemburu, itu wajar untuk sepasang kekasih. Sekali lagi w-a-j-a-r.
Aku mulai terbiasa dengan hari-hariku dan membiarkanmu merajut kisah dengan kekasihmu. Tetapi kamu tetap inspirasiku, menceritakan tentangmu, karya-karyamu dengan bangga kepada teman-temanku dan sahabat-sahabat "Antan Emlinam". Kamu tetap menginspirasiku, dan berharap kelak aku dan kamu bersua, menuntaskan perkenalan yang sempat akrab dengan perjumpaan. Di waktu yang tepat di keadaan yang berbeda. Sungguh aku mendambakannya. Perjumpaa kita.
menunggu sambungannya. yeeaaay
BalasHapusBaper bacanya bang, jadi ingat kisah si boy dan wulan sari dalam buku sepasang kekasih yang belum bertemu
BalasHapus