Inilah Hal yang Ditunggu Saat Lebaran versi Pemuda Perantauan
Merantaulah pergi dari negerimu untuk mencari kemuliaan. Merantaulah! Karena di sana terdapat Lima Faedah: Melepas kesedihan, mencari penghidupan, menuntut ilmu dan adab, serta menyertai orang mulia.
Seperti yang orang lain katakan, mencari kerja tidak mudah. Apalagi tidak punya bekal pengalaman, organisasi maupun relasi. Tapi, aku punya dua diantaranya, pengalaman bekerja semasa kuliah dan pengalaman menjadi pengurus di organisasi yang aku geluti. Tapi ternyata, tidak punya relasi menjadi salah satu hambatan besar.
Beberapa bulan aku di Medan, belum juga mendapatkan pekerjaan tetap, hanya menyambih sebagai ojek online. Syukur-syukur dapat biaya penyambung lidah dan rumah singgah. Setiap hari aku mendatangi Job Fair. Satu harapanku, mendapat pekerjaan.
Entah Job Fair yang keberapa, entah pengalaman yang sudah bagaimana. Akhirnya aku mendapat panggilan. Di perusahaan provider terbesar di Indonesia. Saat itu aku termenung, ternyata tidak semua pekerjaan membutuhkan relasi. Yang kita butuh adalah usaha lebih gigih, doa ibu dan kepercayaan pada Allah tiada henti.
Tiga bulan masa training, bagiku ini masa-masa sulit. Belajar sesuatu yang belum pernah aku pelajari, ini berat. Seharusnya Dilan saja. Aku rindu Umakku, papa dan adik perempuanku. Aku laki-laki, aku percaya aku kuat menghadapi ini. Sesering mungkin aku berkomunikasi dengan Umak via suara, bertanya perihal bagaimana harusnya aku bersikap, bagaimana memilih pada pilihan yang sulit. Restunya, selalu aku damba.
Tidak mudah ternyata, menjadi pekerja yang tidak sesuai dengan passion kita. Sarjana Ekonomi harus bekerja sebagai seorang Sarjana Komunikasi. Tapi ya, ini adalah tantangan, meski bagiku tantangan terbesar adalah jauh dari Ibu.
Memasuki bulan Ramadhan, aku kembali pada pilihan paling sulit dalam hidupku. Bukan karena harus sahur dan berbuka tanpa mereka, tapi pekerjaanku menyita seluruh hakku mencium kaki ibu saat datangnya hari nan fitri, nanti. Ya, aku tetap harus bekerja dimana semua orang berkumpul dengan keluarga.
Apakah kalian bertanya apa pekerjaanku?
Aku seorang Call Center provider merah. Kalian pernah menghubungi 188? Butuh bantun kemudian menelfon call center untuk memberikan solusi yang tak bisa kalian tangani? Mungkin saja saat itu, aku yang sedang berkomunikasi dengan kalian. Ini pilihan berat, tapi Umak selalu bilang bahwa pekerjaanku adalah pekerjaan sebaik-baiknya manusia di bumi ini. Dan kalimat itu selalu membuatku lebih kuat saat aku terpuruk dan ingin pulang.
“Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)
Tidak banyak hal yang aku harap dan aku tunggu saat lebaran nanti. Bukan makan nastar dan lontong pakai rendang khas kotaku. Apalagi baju dan kendaraan baru, bukan itu. Yang aku tunggu hanyalah MENCIUM KAKI IBU dan MELAMAR KEKASIHKU!
Bagaimana dengan Papa? Tidak perlulah kusampaikan bagaimana rasa hormatku pada seorang ayah, dia tiada tandingannya, karena tidak terganti maka untuk apalah kusebutkan lagi.
Kalau saja masih ada reality show yang bisa mempertemukan anak dengan keluarga saat lebaran, rasanya aku ingin sekali ikutan. Aku rindu duduk bersama seluruh keluarga di atas ambal rumah kecilku, duduk melingkar dikelilingi canda tawa bahasa daerah. Kue-kue lebaran berdatangan dari kakak dan abang-abang tertua. Bersungkeman saling memaafkan, memeluk, mencium kaki Umak dan Papa.
Aku juga rindu pada teriakan bocah-bocah yang aku sebut keponakan. Mereka memanggilku tulang, kalau kamu ada di sana, mereka akan memanggilmu Nanguda. Mereka adalah preman kecil yang paling jago malak. Menyodori tangan meminta THR. Meski tahun lalu aku belum bekerja tetap, aku punya kerjaan sambilan, aku selalu menyisihkan sedikit rezeki untuk menyenangi mereka. Cara mengantisipasi agar jumlah THR tidak menjadi perselisihan diantara mereka, aku selalu menggunakan Amplop Lebaran. Tapi sayangnya, tahun ini mungkin aku belum bisa memberikan mereka THR. Dan sepertinya, aku gagal mendapatkan satu kecupan di pipiku setiap kali kuberi mereka THR.
Tapi, selain itu. Ada satu hal juga yang sudah aku tunggu-tunggu setiap kali lebaran usai. Melamar kekasihku! Tapi apalah daya, tahun ini kubaru mendapatkan kerja. Insya Allah, doakan saja, lebaran atau sebelum bulan Ramadhan tahun depan, kamu sudah bisa aku halalkan.
Meski beginilah resiko menjadi pemuda perantauan, aku percaya Ridho Allah selalu bersama ridho orangtua. Meski jauh di mata, Insya Allah selalu dekat di doa.
Bagaimana dengan kalian? Apa yang kalian tunggu saat lebaran?
ngerilah bang day, ada niatan bagus untuk tahun depan labaran serumah sama kkak itu, semangat terus ya bang :D
BalasHapusTerus semangat mas, bekerja dan berusaha. Mudah mudahan tahun depan bisa bagi angpau dan melamar sang kekasih. Mpo doakan dari jauh
BalasHapus